Jumat, 08 Agustus 2014

Cerita Buddhist - Kisah Seekor Anak Burung Puyuh

            Sebuah cerita tentang makhluk yang terhindar dari bahaya maut, karena menjalankan ahimsa
Terlebih dahulu akan diterangkan apa yang dimaksud dengan AHIMSA. Seorang yang menjalankan ahimsa itu suci hatinya. Ia tidak boleh menyakiti atau membunuh sesama makhluk. Dan orang suci itu tertentu akan mendapatkan pahala.
Demikianlah, pada suatu ketika Sang odhisattva turun ke dunia ini sebagai seekor anak burung puyuh. Ia tinggal bersama-sama dengan saudara-saudaranya di sebuah sarang di dalam semak-semak. Saudara-saudaranya bertambah hari bertambah gemuk dan kuat. Sebaliknya ia sendiri tidak menjadi besar dan sayapnya sangat lemah. Apa yang menyebabkan demikian menyedihkan keadaan dirinya?

Ayah dan ibunya mengasuh anak-anaknya dengan baik. Mereka diberi makan secukupnya tanpa ada yang dikecualikan. Seharusnya ia juga menjadi besar dan kuat, seperti saudara-saudaranya.
Sebabnya adalah ia merupakan penjelmaan dari Sang Bodhisattva. Dan karena ia akan menjadi Buddha di kemudian hari, maka ia mempelajari AJARAN SUCI dengan sepenuh hati. Dengan sendirinya ia menaati segala ketentuan-ketentuan dan perintah-perintah dari ahimsa. Ini berarti, ia tidak makan apa yang diberikan ayah, ibu dan saudara-saudaranya yang berupa cacing, kumbang, dan binatang-binatang kecil lainnya. 
Pada suatu hari timbul kebakaran hebat dalam hutan di dekat tempat tinggal keluarga burung puyuh itu. Semua burung dan binatang penghuni hutan itu sangat terkejut dan dalam keadaan kacau balau mereka melarikan diri, agar terhindar dari bahaya maut. Hanya anak burung puyuh itu yang tidak dapat melarikan diri karena sayapnya masih lemah.
Nyala api makin bertambah besar menjilat-jilat kian-kemari, membakar pohon-pohon semak-semak dan tempat tinggal binatang-binatang hutan yang lain. Ayah, ibu dan saudara-saudaranya sudah terbang semua meninggalkannya seorang diri di sarang.


Sementara itu api terus menyala-nyala dan bertambah besar. Ketika nyala api sudah sedemikian dekatnya, sehingga sarangnya  hampir terjilat, ia mencicit-cicit kepada dewa Api, “O, Agni, dewa api yang jaya! Tuanku tentu melihat, bahwa aku ini terlampau kecil dan kurus untuk menjadi santapanmu tamu agung sebagai tuanku. Di sini tidak ada makanan untuk Tuanku, karena semua binatang-binatang telah lari meninggalkan tempat ini. Silahkan Tuanku pulang kembali!”
Dan alangkah ajaibnya! Walaupun angin meniup dengan kerasnya, namun karena kata-kata hakiki dari burung puyuh kecil itu, tiba-tiba api berhenti mengganas dan padam. Dan terhindarlah ia dari bahaya maut.
Apakah sebabnya maka ia secara ajaib dapat tertolong dari bahaya kebakaran hutan itu? Sebabnya ialah selama hidupnya ia telah menyelamatkan jiwa binatang yang lain, bagaimana pun kecil binatang-binatang itu, ia berkeyakinan, bahwa setiap makhluk berhak untuk hidup, dan hanya Dialah yang berhak mengambil mereka kembali.

Dan sejak itu, tiap terjadi kebakaranhutan di daerah itu akan padam dengan sendirinya setelah sampai di tempat yang ajaib itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar