Sebuah cerita tentang makhluk yang terhindar dari bahaya maut,
karena menjalankan ahimsa
Terlebih dahulu akan diterangkan apa yang dimaksud dengan
AHIMSA. Seorang yang menjalankan ahimsa itu suci hatinya. Ia tidak boleh
menyakiti atau membunuh sesama makhluk. Dan orang suci itu tertentu akan
mendapatkan pahala.
Demikianlah, pada suatu ketika Sang odhisattva turun ke
dunia ini sebagai seekor anak burung puyuh. Ia tinggal bersama-sama dengan
saudara-saudaranya di sebuah sarang di dalam semak-semak. Saudara-saudaranya
bertambah hari bertambah gemuk dan kuat. Sebaliknya ia sendiri tidak menjadi
besar dan sayapnya sangat lemah. Apa yang menyebabkan demikian menyedihkan
keadaan dirinya?
Ayah dan ibunya mengasuh anak-anaknya dengan baik. Mereka
diberi makan secukupnya tanpa ada yang dikecualikan. Seharusnya ia juga menjadi
besar dan kuat, seperti saudara-saudaranya.
Sebabnya adalah ia merupakan penjelmaan dari Sang Bodhisattva.
Dan karena ia akan menjadi Buddha di kemudian hari, maka ia mempelajari AJARAN
SUCI dengan sepenuh hati. Dengan sendirinya ia menaati segala
ketentuan-ketentuan dan perintah-perintah dari ahimsa. Ini berarti, ia tidak
makan apa yang diberikan ayah, ibu dan saudara-saudaranya yang berupa cacing,
kumbang, dan binatang-binatang kecil lainnya.
Pada suatu hari timbul kebakaran hebat dalam hutan di dekat
tempat tinggal keluarga burung puyuh itu. Semua burung dan binatang penghuni
hutan itu sangat terkejut dan dalam keadaan kacau balau mereka melarikan diri,
agar terhindar dari bahaya maut. Hanya anak burung puyuh itu yang tidak dapat
melarikan diri karena sayapnya masih lemah.
Nyala api makin bertambah besar menjilat-jilat kian-kemari,
membakar pohon-pohon semak-semak dan tempat tinggal binatang-binatang hutan
yang lain. Ayah, ibu dan saudara-saudaranya sudah terbang semua meninggalkannya
seorang diri di sarang.
Sementara itu api terus menyala-nyala dan bertambah besar.
Ketika nyala api sudah sedemikian dekatnya, sehingga sarangnya hampir
terjilat, ia mencicit-cicit kepada dewa Api, “O, Agni, dewa api yang jaya!
Tuanku tentu melihat, bahwa aku ini terlampau kecil dan kurus untuk menjadi
santapanmu tamu agung sebagai tuanku. Di sini tidak ada makanan untuk Tuanku,
karena semua binatang-binatang telah lari meninggalkan tempat ini. Silahkan
Tuanku pulang kembali!”
Dan alangkah ajaibnya! Walaupun angin meniup dengan
kerasnya, namun karena kata-kata hakiki dari burung puyuh kecil itu, tiba-tiba
api berhenti mengganas dan padam. Dan terhindarlah ia dari bahaya maut.
Apakah sebabnya maka ia secara ajaib dapat tertolong dari
bahaya kebakaran hutan itu? Sebabnya ialah selama hidupnya ia telah
menyelamatkan jiwa binatang yang lain, bagaimana pun kecil binatang-binatang
itu, ia berkeyakinan, bahwa setiap makhluk berhak untuk hidup, dan hanya Dialah
yang berhak mengambil mereka kembali.
Dan sejak itu, tiap terjadi kebakaranhutan di daerah itu
akan padam dengan sendirinya setelah sampai di tempat yang ajaib itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar